Mahasiswa KKN UIN Walisongo Bangun Taman TOGA di Desa Puguh, Dorong Kemandirian Kesehatan Warga
BOJA – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler UIN Walisongo Semarang yang ditempatkan di Desa Puguh, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, menginisiasi pembangunan Taman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di area Balai Desa Puguh pada 22 November 2025. Program ini menjadi salah satu kegiatan unggulan yang mendapat sambutan positif dari masyarakat desa karena dinilai memiliki manfaat jangka panjang terhadap peningkatan kesehatan warga.
Pembangunan taman TOGA dimulai dengan persiapan lahan, pengolahan tanah, serta penataan area tanam yang melibatkan mahasiswa dan sejumlah warga. Selain bertujuan memperindah lingkungan balai desa, taman TOGA ini dirancang sebagai sarana edukasi mengenai pemanfaatan tanaman herbal untuk menjaga kesehatan sehari-hari.
Koordinator Divisi Kesehatan dan Lingkungan, Zainul Ihsan, mengungkapkan, “Pembangunan Taman TOGA ini kami lakukan untuk memberi ruang edukasi bagi masyarakat agar lebih mengenal pemanfaatan tanaman obat. Kami berharap taman ini dapat mendorong kemandirian kesehatan warga melalui pengobatan alami yang aman, mudah diakses, dan tersedia di lingkungan mereka sendiri.”
Taman TOGA tersebut berisi beragam tanaman herbal yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah sirih merah yang dikenal dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah serta memiliki sifat antibakteri dan anti-inflamasi. Tanaman ini ditempatkan di bagian depan taman agar mudah dikenali oleh warga. Selain itu terdapat pula sirih hijau yang sudah lama digunakan sebagai antiseptik alami dan dikenal mampu membantu mengurangi bau mulut serta memiliki potensi anti-kanker.
Bagian tengah taman diisi oleh dua jenis binahong, yaitu binahong merah dan binahong hijau. Kedua tanaman ini banyak dimanfaatkan untuk mempercepat proses regenerasi sel serta penyembuhan luka. Binahong hijau juga dikenal mampu membantu menurunkan kadar gula darah sehingga dinilai bermanfaat bagi warga yang memiliki risiko diabetes.
Tanaman lain yang ditanam adalah kumis kucing yang populer sebagai obat herbal untuk mengatasi batu ginjal serta membantu menurunkan tekanan darah. Pada bagian sisi Timur taman terdapat tanaman sereh yang dikenal sebagai antijamur dan antibakteri alami, sekaligus memiliki sifat anti-inflamasi serta mampu meredakan nyeri.
Jenis rimpang seperti jahe, kunyit, kencur, dan temulawak juga melengkapi taman TOGA ini. Jahe ditanam karena manfaatnya dalam meredakan mual, muntah, serta membantu mengurangi nyeri otot. Kunyit yang kaya kurkumin ditempatkan berdekatan dengan kencur yang sering dimanfaatkan sebagai obat batuk dan penurun demam. Sementara itu, temulawak dikenal dalam dunia kesehatan tradisional karena kemampuannya menurunkan kolesterol serta membantu mengatasi peradangan.
Rangkaian tanaman rimpang di taman TOGA ini dipadukan dengan bunga kitolod, lidah buaya, jambu biji, dan bunga telang yang memberikan variasi sekaligus manfaat tambahan bagi warga. Bunga kitolod ditanam di tempat yang teduh dan lembab agar pertumbuhannya optimal, bunga kitolod ini umumnya digunakan untuk menjaga kesehatan mata dan meredakan sakit gigi. Adapun lidah buaya yang sudah sangat familiar dimanfaatkan untuk mempercepat penyembuhan luka sekaligus mengatasi kulit kering. Jambu biji dipilih karena daunnya dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu melancarkan pencernaan. Bunga telang yang memiliki warna mencolok ditanam sebagai pemanis visual taman, tetapi tetap menyimpan manfaat berupa kemampuan menurunkan demam dan meredakan gejala alergi ringan.
Proses finishing taman toga menjadi tahap penutup yang memerlukan ketelitian agar seluruh elemen tampak rapi. Setelah proses pengolahan tanah dan tanaman ditanam sesuai kategori, mahasiswa KKN mulai melakukan penancapan papan nama pada tiap jenis tanaman. Papan-papan ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi warga yang ingin mengenal nama lokal dan nama ilmiah tanaman obat. Pemasangan banner taman toga dilakukan sebagai media informasi dan edukasi manfaat setiap jenis tanaman. Banner dipasang pada titik yang mudah terlihat agar masyarakat mengetahui jenis tanaman dan manfaat tanaman yang ada di taman toga.
Kepala Desa Puguh, Ngamidjo, S.Pd.I, menyampaikan apresiasinya, “Kami sangat berterima kasih atas inisiatif mahasiswa KKN. Taman TOGA ini tidak hanya memperindah lingkungan balai desa, tetapi juga memberikan manfaat edukatif bagi masyarakat. Kami berharap taman ini dapat terus dirawat meskipun masa KKN telah berakhir, sehingga kebermanfaatannya dapat dirasakan dalam jangka panjang.”
Mahasiswa KKN juga berharap taman TOGA ini dapat menjadi ruang belajar baru bagi warga Desa Puguh, terutama dalam mengenali tanaman obat berdasarkan bentuk, aroma, dan khasiatnya. Mereka menambahkan bahwa pemanfaatan tanaman herbal merupakan bagian dari pelestarian pengetahuan lokal yang perlu terus dijaga.
Adanya taman ini diharapkan dapat membuat masyarakat Desa Puguh semakin memahami cara menjaga kesehatan secara mandiri melalui tanaman obat yang mudah ditemui di sekitar mereka. Program KKN ini sekaligus menjadi contoh kolaborasi antara mahasiswa dan desa dalam meningkatkan kualitas kesehatan berbasis lingkungan dan kearifan lokal.